Minggu, 23 Juni 2013

EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
  • Komponen hidup (biotik)
  • Komponen tak hidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Sangat diperhatikan dengan hubungan energi dan menemukannya kembali kepada matahari kita yang merupakan sumber energi yang digunakan dalam fotosintesis.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. 



a. Ekosistem lamun (Seagrass ecosystem)


Lamun (seagrass) adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal­nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng­hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumberdaya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan obat‑obatan.
Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh‑tumbuhan lamun menjadi makanannya.

b. Savanna


Savana dari daerah tropika terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi dengan musim kering yang berkepanjangan pada saat api menjadi bagian penting dari lingkungan. Savana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat savana yang luas.
Berhubung dalam ekosistem savana ini, rerumputan dan pohon-pohon yang hidup harus tahan terhadap musim kering dan api, maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di savana ini tidak banyak, tidak seperti yang hidup di hutan hujan tropik, tidak seperti yang hidup hutan hujan tropik. Rumput-rumput dari marga Panicum, Pennisetum, Andropogon dan Imperata mendominasi lingkungan ini, sedangkan pepohonan yang hidup di sana sama sekali berada dengan jenis pohon yang hidup di hutan hujan tropik. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savanna. Di Indonesia padang savanna ini dapat ditemukan di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur.

c. Estuari


Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat‑saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat‑alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Mengingat banyaknya perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini. Oleh karena itu, perencanaan terpadu wilayah estuari ini perlu dilakukan dengan seksama untuk menjaga ekosistem ini agar tidak rusak.

d. Ekosistem Danau


Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini. Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua  bagian perairan.
Danau yang luas seperti danau Toba di Sumatra dapat berombak karena memungkinkan angin untuk bertiup di sepanjang permukaan air yang luas sehingga menciptakan ombak itu. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.
Ekosistem danau mempunyai tiga mintakat (zona) yakni:
1.   Mintakat litoral, yakni bagian yang dangkal di mana sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar perairan;
2.   Mintakat limnetik, yakni bagian perairan yang terbuka yang terlalu dalam untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan berakar, tetapi masih memungkinkan sinar matahari menembus lapisan ini untuk digunakan fotosintetis tumbuh-tumbuhan air; dan
3.   Mintakat atau lapisan profundal, yakni lapisan di bawahnya di mana sinar matahari tidak tidak dapat menembus

Mintakat-mintakat limnetik dan profundal tidak terdapat pada ekosistem kolam. Pada mintakat litoral hidup tumbuhan apung (terutama fitoplankton) dan tumbuhan berakar. Banyak kelompok hewan hidup di mintakat ini. Pada mintakat limnetik hidup fitoplankton dan zooplankton seperti di atas, ganggang hijau dan hijau biru, Copepoda, Cladocera dan banyak lagi. Sebagian besar ikan hidup di mintakat ini. Pada lapisan profundal hidup bakteri anaerobik dan fungsi, cacing nematoda, keong dan beberapa jenis ikan.
Waduk-waduk yang dibangun oleh manusia seperti waduk Ir. Sutami, Jatiluhur dan Saguling merupakan danau buatan. Danau-danau ini banyak digunakan untuk budidaya ikan dengan karamba. Pada saat-saat tertentu terjadi kematian ikan secara massal, dan sedang diteliti penyebabnya.

e. Ekosistem Mangrove


Mangrove sebagai ekosistem didefinisikan sebagai mintakat (zona) antar-pasang-surut (pasut) dan supra (atas)-pasut dari pantai berlumpur di teluk, danau (air payau) dan estuari, yang didominasi oleh halofit berkayu yang beradaptasi tinggi dan terkait dengan alur air yang terus mengalir (sungai), rawa dan kali-mati (backwater) bersama-sama dengan populasi flora dan fauna di dalamnya. Di tempat yang tak ada muara sungai biasanya hutan mangrovenya agak tipis. Sebaliknya, di tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, biasanya mangrovenya tumbuh meluas.
Ekosistem ini mempunyai dua komponen lingkungan, yakni darat (terestrial) dan air (akuatik). Lingkungan akuatik pun dibagi dua, laut dan air tawar. Ekosistem mangrove dikenal sangat produktif, penuh sumberdaya tetapi peka terhadap gangguan. Ia juga dikenal sebagai pensubsidi energi, karena adanya arus pasut yang berperan menyebarkan zat hara yang dihasilkan oleh ekosistem mangrove ke lingkungan sekitarnya. Dengan potensi yang sedemikian rupa dan potensi-potensi lain yang dimilikinya, ekosistem mangrove telah menawarkan begitu banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya di alam tidak sepi dari perusakan, bahkan pemusnahan oleh manusia.

Ekosistem mangrove ditumbuhi sedikitnya oleh 89 jenis tumbuh-tumbuhan. Dari jumlah ini terdapat empat jenis yang dinamakan “strict mangrove”, yakni Avicennia, Excoecaria, Sonneratia dan Rhizophora. Selain ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, ekosistem mangrove juga dihuni oleh berbagai jenis satwa. Sebagai contoh, jenis burung seperti Ardea cinerea (cangak abu), Nomenius schopus (gajahan sedang), Egretta sp. (kuntul), dan Larus sp. (camar). Satwa lainnya yang hidup di sana adalah Macaca fascicularis (kera ekor panjang), Varanus salvator (biawak), juga terdapat satwa yang hidup di dasar hutan mangrove seperti kepiting graspid dan ikan gelodong (Periohthalmus). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar