Minggu, 23 Juni 2013

EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
  • Komponen hidup (biotik)
  • Komponen tak hidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Sangat diperhatikan dengan hubungan energi dan menemukannya kembali kepada matahari kita yang merupakan sumber energi yang digunakan dalam fotosintesis.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. 



a. Ekosistem lamun (Seagrass ecosystem)


Lamun (seagrass) adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti hal­nya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai‑tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh‑tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan meng­hasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat‑zat hara. Sebagai sumberdaya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan obat‑obatan.
Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh‑tumbuhan lamun menjadi makanannya.

b. Savanna


Savana dari daerah tropika terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi dengan musim kering yang berkepanjangan pada saat api menjadi bagian penting dari lingkungan. Savana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat savana yang luas.
Berhubung dalam ekosistem savana ini, rerumputan dan pohon-pohon yang hidup harus tahan terhadap musim kering dan api, maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di savana ini tidak banyak, tidak seperti yang hidup di hutan hujan tropik, tidak seperti yang hidup hutan hujan tropik. Rumput-rumput dari marga Panicum, Pennisetum, Andropogon dan Imperata mendominasi lingkungan ini, sedangkan pepohonan yang hidup di sana sama sekali berada dengan jenis pohon yang hidup di hutan hujan tropik. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savanna. Di Indonesia padang savanna ini dapat ditemukan di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur.

c. Estuari


Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat‑saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat‑alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Mengingat banyaknya perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini. Oleh karena itu, perencanaan terpadu wilayah estuari ini perlu dilakukan dengan seksama untuk menjaga ekosistem ini agar tidak rusak.

d. Ekosistem Danau


Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini. Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua  bagian perairan.
Danau yang luas seperti danau Toba di Sumatra dapat berombak karena memungkinkan angin untuk bertiup di sepanjang permukaan air yang luas sehingga menciptakan ombak itu. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.
Ekosistem danau mempunyai tiga mintakat (zona) yakni:
1.   Mintakat litoral, yakni bagian yang dangkal di mana sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar perairan;
2.   Mintakat limnetik, yakni bagian perairan yang terbuka yang terlalu dalam untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan berakar, tetapi masih memungkinkan sinar matahari menembus lapisan ini untuk digunakan fotosintetis tumbuh-tumbuhan air; dan
3.   Mintakat atau lapisan profundal, yakni lapisan di bawahnya di mana sinar matahari tidak tidak dapat menembus

Mintakat-mintakat limnetik dan profundal tidak terdapat pada ekosistem kolam. Pada mintakat litoral hidup tumbuhan apung (terutama fitoplankton) dan tumbuhan berakar. Banyak kelompok hewan hidup di mintakat ini. Pada mintakat limnetik hidup fitoplankton dan zooplankton seperti di atas, ganggang hijau dan hijau biru, Copepoda, Cladocera dan banyak lagi. Sebagian besar ikan hidup di mintakat ini. Pada lapisan profundal hidup bakteri anaerobik dan fungsi, cacing nematoda, keong dan beberapa jenis ikan.
Waduk-waduk yang dibangun oleh manusia seperti waduk Ir. Sutami, Jatiluhur dan Saguling merupakan danau buatan. Danau-danau ini banyak digunakan untuk budidaya ikan dengan karamba. Pada saat-saat tertentu terjadi kematian ikan secara massal, dan sedang diteliti penyebabnya.

e. Ekosistem Mangrove


Mangrove sebagai ekosistem didefinisikan sebagai mintakat (zona) antar-pasang-surut (pasut) dan supra (atas)-pasut dari pantai berlumpur di teluk, danau (air payau) dan estuari, yang didominasi oleh halofit berkayu yang beradaptasi tinggi dan terkait dengan alur air yang terus mengalir (sungai), rawa dan kali-mati (backwater) bersama-sama dengan populasi flora dan fauna di dalamnya. Di tempat yang tak ada muara sungai biasanya hutan mangrovenya agak tipis. Sebaliknya, di tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, biasanya mangrovenya tumbuh meluas.
Ekosistem ini mempunyai dua komponen lingkungan, yakni darat (terestrial) dan air (akuatik). Lingkungan akuatik pun dibagi dua, laut dan air tawar. Ekosistem mangrove dikenal sangat produktif, penuh sumberdaya tetapi peka terhadap gangguan. Ia juga dikenal sebagai pensubsidi energi, karena adanya arus pasut yang berperan menyebarkan zat hara yang dihasilkan oleh ekosistem mangrove ke lingkungan sekitarnya. Dengan potensi yang sedemikian rupa dan potensi-potensi lain yang dimilikinya, ekosistem mangrove telah menawarkan begitu banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya di alam tidak sepi dari perusakan, bahkan pemusnahan oleh manusia.

Ekosistem mangrove ditumbuhi sedikitnya oleh 89 jenis tumbuh-tumbuhan. Dari jumlah ini terdapat empat jenis yang dinamakan “strict mangrove”, yakni Avicennia, Excoecaria, Sonneratia dan Rhizophora. Selain ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, ekosistem mangrove juga dihuni oleh berbagai jenis satwa. Sebagai contoh, jenis burung seperti Ardea cinerea (cangak abu), Nomenius schopus (gajahan sedang), Egretta sp. (kuntul), dan Larus sp. (camar). Satwa lainnya yang hidup di sana adalah Macaca fascicularis (kera ekor panjang), Varanus salvator (biawak), juga terdapat satwa yang hidup di dasar hutan mangrove seperti kepiting graspid dan ikan gelodong (Periohthalmus). 

MENULIS KARYA ILMIAH

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi, yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium ,artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk darikegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam

melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Sitematika Karya Ilmiah

Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika
yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak
sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya
sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang
sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta
penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi
masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan
masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah
itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari
temuan itu?
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya
dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik
yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian
dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori , atau Telaah
Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan mengenai apa yang
dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap pertanyaan
apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil
Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian
umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan



Langkah langkah penyusunan karya Tulis.

1.Menentukan topik dan merumuskan tema
2.Menyusun kerangka karangan
3.Mengumpulkan bahan
4.Mengembangkan kerangka karangan

Macam Macam Majas

A. Majas Perbandingan
NO
Majas Perbandingan
1
Asosiasi

a. Sayangku pergi seperti tertiup angina.

b. Dirimu lenyap seperti di telan bumi.
2
Metafora

a.

b.
3
Persnofikasi

a. Dahan pohon itu melambai – lambai kepadaku.

b.
4
Alegori

a.

b.

B. Majas Pertentangan
NO
Majas Pertentangan
1
Hiperbola

a. Suara anak itu seperti suara toa di mesjid.

b. Tubuhnya sangat tinggi sampai – sampai langit bias ia gapai.
2
Litoes

a. Aku berharap kamu menerima aku yang tak setampan Nicolas saputra.

b. Aku ingin kamu menerima hadiahku ini yang tak terla;lu indah ini.
3
Ironi

a. Tulisanmu sangat rapih nak, seperti cacing kepanasan.

b. Anto kamu wangi sekali, 3 hari kamu tidak mandi.
4
Sinisme

a. Sikapmu sungguh membuat aku jengkel.

b. Kata – katamu membuat kupingku panas.
5
Oksimoron

a. Cinta itu Indah. Tapi jga menyakitkan.

b. Wanita itu memang cantik, tapi hatinya tak secantik wajahnya.





C. Majas Pertautan
NO
Majas Pertautan
1
Metonimia

a. Saya pergi ke sekolah menggunakan Honda.

b. Paman sangat menggemari Supranya.
2
Sinekdoke

a. Ibu memotong 3 ayamnya untuk makan nanti malam.

b. Saya mendapat predikat anak terpandai di kelas.
3
Alusi

a. Adik mengingatkan sikap ayahnya waktu kecil.

b. Kakak sering menirui sikap ibunya sewaktu muda dulu.
4
Eufimisme

a.

b.
5
Elipsis

a. Saya akan berangkat ke Bogor sekarang.

b. Kami akan menonton bola di TV.
6
Inversi

a. Telah kembali, ayah dan ibu.

b. berjumpa kembali, mereka berdua.
                           
D. Majas Penegasan
NO
Majas Penegasan
1
Pleonasme

a. Ayo kita semua Berlari ke depan.

b. Semua anak – anak sedang melihat ke atas bukit.
2
Klimaks

a. Saya mempunya kaos, kemeja, jas di rumah.

b. Saya suka memakai sandal, sepatu sendal atau sepatu sport.
3
Antiklimaks

a. Para ibu, para bapa, para teman  terima kasih sudah dating ke acara ulang tahun saya.

b. Para guru, para pembimbing, para pelatih di perkenankan menikmati hidangannya.
4
Retoris

a. Siapakah yang hidupnya ingin damai?

b. Adakah orang yang tak memerlukan istirahat?
5
Aliterasi

a.

b.
6
Antanaklasis

a. Wanita itu memang cantik, tapi hatinya tak secantik wajahnya.

b. Ibu negara Indonesia, mendatangi ibu kota Bandung.
7
Repetisi

a. Selamat datang ibuku, selamat datang ayahku.

b. Sampai besok temanku, sampai besok sayangku.
8
Paralelisme

a. Lagu ini kepedihan

b. Lagu ini air mata
9
Kiasmus

a. Mereka yang tinggi merasa dirinya pendek, sedangkan yang pendek merasa     dirinya tinggi.

b. Saya yang tampan ini merasa saya jelek, sedangkan yang dirinya jelek merasa sangat tampan.


Selasa, 04 Juni 2013

Panduan dalam membuat Puisi

Langkah- langkah Membuat Puisi

 Dalam membuat puisi ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,yaitu sebagai berikut.

1. Tema
  Tema merupakan gagasan pokok yang hendak kita ungkapkan dalam puisi yang kita buat.Tapi,bagi seorang pemula kadang-kadang sulit untuk menentukan tema yang cocok untuk puisinya.Namun,tema dapat digali(eksplorasi) mdari pengalaman hidup,kejadian yang pernah kita alami,atau imajinasi.

2. Diksi
  Dalam puisi,kata-kata yang digunakan bersifat konotatif dan puitis.Konotasi atau kias berarti memiliki kemungkinan makna lebih dari satu.Puitis berarti mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata yang kita gunakan sehari-hari.

3. Rima
 Rima juga sering disebut sajak atau persamaan bunyi,merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk menghasilkan efek merdu.Dalam puisi,penggunaan rima puisi sangat mendukung suasana hati.Ada dua bunyi merdu yang umum dalam puisi,yaitu aliterasi dan asonansi.Aliterasi merypakan bunyi merdu yang dihasilkan oleh huryf mati atau konsonan,sedangkan asonansi adalah bunyi merdu yang dihasilkan oleh huruf vokal.

4. Gaya Bahasa
 Selain dari unsur-unsur yang telah dijelaskan di atas,unsur puitis yang lainnya adalah gaya bahasa atau bahasa kiasan.Gaya bahasa menyebabkan puisi menjadi segar,hidup dan menjelaskan gambaran angan.Sifat umum gaya baghasa dalam puisi itu mempertalikan sesuatu dangan cara menghubungklan dengan Sesutu yang lain.

Pengertian Cerpen

Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431). 

Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Untuk menentukan panjang cerpen memang sulit untuk ukuran yang umum,  cerpen selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit. Jika cerpennya lebih panjang mungkin sampai 1½ atau 2 jam. Yang jelas tidak ada cerpen yang panjang 100 halaman (Surana, 1987:58).Pengertian Cerpen


Cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.Dalam cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mngandung kesan yang tidak mudah dilupakan.


Dalam cerita pendek terkandung unsur-unsur intrinsik yaitu :Pengertian Cerpen

Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. Tema suatu cerita mensegala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.
Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
Selain unsur Intrinsik, dalam cerpen dikenal adanya unsur ekstrinsik  yaitu unsur-unsur luar yang berpengaruh terhadap penciptaan suatu bentuk karya sastra. unsur ekstrinsik itu antara lain

latar belakang pengarang, 
keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan. 

Cerita pendek memiliki ciri-ciri sebagai berikut 

alur lebih sederhana, 
tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang, 
latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas, 
tema dan nilai-nilai kehidupan yang disampaikan relatif sederhana.


Fungsi sastra dalam hal ini cerpen dibagi dalam lima golongan yaitu : 
Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para penikmat atau pembacanya.
Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya.
Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.

Teknik menulis cerita pendek adalah sebagai berikut : Pengertian Cerpen
1.    Paragraf pertama yang mengesankan
Paragraf pertama merupakan kunci pembuka. Cerita pendek merupakan karangan pendek, paragraph pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan, dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya.

2.    Menggali suasana
Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak melukiskan keadaan kota Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramain kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik Karena penggambaran tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengkaitkannya pada suasana hati tokoh ceritanya penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.


SUMBER : http://www.sarjanaku.com/2011/08/pengertian-cerpen.html