HIPOTERMIA
Hipotermia adalah suatu kondisi di mana inti suhu turun di bawah yang diperlukan untuk metabolisme dan fungsi tubuh yang didefinisikan sebagai. Suhu tubuh biasanya dikelola dekat tingkat konstan melalui homeostasis biologis atau thermoregulation.
Jika terkena dingin dan mekanisme internal yang mampu mengisi panas yang sedang hilang setetes di inti suhu terjadi. Sebagai suhu tubuh berkurang karakteristik gejala terjadi seperti shivering dan mental kebingungan.
Hipotermia adalah kebalikan dari hipertermia yang hadir dalam panas kelelahan dan panas stroke.
Hipotermia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber paparan yaitu :
1. Hipotermi Primer : terjadi akibat paparan langsung individu yang sehat terhadap dingin.
2. Hipotermi sekunder : mortalitas banyak terjadi pada fase ini dimana terjadi kelainan secara sistemik.
Hipotermia ringan memiliki gejala sebagai berikut:
1. Penderita berbicara melantur
2. Kulit akan berwarna sedikit abu-abu.
3. Detak jantung menjadi lemah
4. Menurunnya tekanan darah
Hipotermia parah memiliki gejala sebagai berikut:
1. Tidar sadar diri
2. Badan menjadi kaku
3. Mengalami dilatasi pada pupil
4. Hipotensi akut, dan
5. Pernafasan sangat lambat sehingga tidak kelihatan.
Hal yang pertama harus kita ketahui adalah kondisi dari suhu tubuh kita sendiri.
· Suhu tubuh normal manusia adalah 37C.
· Saat dalam keadaan suhu 36-35 » tubuh akan menggigil sampai bulu roma berdiri tapi masih terkendali. Gerak langkah menjadi lamban koordinasi tubuh mulai terganggu.
· Saat suhu tubuh 35℃ » maka tubuh akan mulai menggigil tidak terkendali.
· Kondisi di suhu 35-33℃ » pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh kabur. Langkah kaki mulai tidak beraturan dan cenderung berbicara kasar.
· Saat memasuki suhu 33℃ » maka badan akan semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
· Suhu tubuh 32-29℃ » badan akan berhenti menggigil. Penderita cenderung kebingungan,bicara meracau,daya ingatan mulai lemah,gerakan tubuh menjadi tersentak sentak,pupil mata membesar.
· Saat suhu tubuh 29-28℃ » otot otot akan menjadi kaku,denyut nadi mulai melemah dan tidak teratur,tarikan nafas melemah.
· Saat suhu tubuh 27℃ » penderita akan pingsan, pupil mata sudah tidak merespon gerakan cahaya. Warna kulit mulai kebiru-biruan, tingkah laku penderita kacau, dan hampir kehilangan kesadaran,penderita sudah tidak mempunyai gerakan reflek,keadaan penderita akan seperti orang yang sudah meninggal.
· Jika suhu tubuh sudah memasuki 26℃ » kondisi penderita dalam fase koma,suhu tubuh menurun drastis,kondisi darurat dan jika suhu tubuh sampai di 20℃ » adalah berhentinya sistem organ tubuh, dengan kata lain meninggal dunia.
Cara Penanganan :
1. Jangan biarkan penderita Hipotermia tertidur. Karena akan membuat penderita kehilangan kesadaran dan tidak mampu lagi menghangatkan dirinya. Karena menggigil adalah usaha badan kita untuk tetap hangat. Maka biarkan si penderita tetap sadar dan menggigil.
2. Berikan minuman hangat dan manis kepada penderita.
3. Jika pakaian si penderita basah, segeralah ganti dengan pakaian yang kering dan hangat.
4. Usahakan untuk menempatkan si penderita di tempat yang terlindung dari hembusan angin misalnya di dalam tenda/shelter.
5. Jangan baringkan penderita ke tanah. Usahakan agar penderita memakai alas yang kering dan hangat.
6. Jika ada usahakan masukkan penderita dalam sleeping bag dalam kondisi sudah kering (jika basah kehujanan).
7. Letakkan botol terisi air hangat (bukan panas) ke dalam sleeping bag,untuk membantu memanaskan suhu dalam sleeping bag.
8. Lakukan skin to skin jika perlu. Karena panas tubuh dari org yang lebih sehat bisa membantu menghangatkan si penderita.
9. Jika bisa buatlah perapian di samping kanan dan kiri penderita
10. Segera stelah penderita sadar berilah makanan yang manis-manis, karena zat hidrat arang cepat sekali menghasilkan panas dan tenaga
Senin, 06 Mei 2013
Tata Tertib Saat Berada di Gunung
Pendaki Wajib:
·
Menyerahkan fotocopy identitas (KTP/SIM/Kartu
Pelajar/Mahasiswa/Paspor yang masih berlaku).
·
Bagi pendaki yang belum berpengalaman dilarang
mendaki sendirian
·
Bagi pendaki yang berumur < 17 tahun harus membawa fotocopy identitas
orang tua dan surat ijin orang tua.
·
Membawa logistik dan obat obatan secukupnya.
·
Membawa peralatan pendakian (traekking) seperti
kompas, peta, tali, carabiner dll.
·
Membawa perlengkapan tidur (jaket, senter,
kantung tidur atau sleeping bag, mantel hujan atau rain coat, sepatu lapangan).
·
Berjalan di jalur yang sudah disediakan.
·
Bagi Pendaki wajib melaporkan ke petugas saat
akan mendaki dan tutun gunung kepada petugas.
·
Menjaga ucapan dan tingkah laku agar tidak
keluar kata-kata yang bersifat arogan dan perbuatan yang tidak pantas.
·
Tetap waspada terhadap bahaya ular, jalan licin,
daerah yang mudah longsor, dan ciri-ciri atau jenis-jenis tumbuhan/satwa yang
beracun/berbisa.
·
Selama berada di dalam kawasan pendaki dilarang
melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap tumbuhan, hewan
dan keindahan yang terdapat di dalamnya.
Pendaki dilarang:
·
Memetik bunga edelweiss
·
Membawa binatang piaraan.
·
Membuat api unggun.
·
Meninggalkan sampah, sampah wajib dibawa turun.
·
Melakukan vandalisme.
·
Membawa senjata tajam.
·
Membawa sabun mandi, odol, sampo dsb yang dapat
mengakibatkan pencemaran air.
·
Membawa alat music.
·
Mendirikan tenda di jalur pendakian.
·
Membawa buku panduan ataupun teropong, kaca
pembesar bila akan melakukan pengamatan satwa/tumbuhan;
·
Membawa kantong plastik untuk digunakan selama
perjalanan sebagai tempat membawa sampah/kotoran;
Daftar Gunung di Indonesia
Indonesia merupakan pulau yang mempunyai banyak gunung bahkan bisa disebut juga sebagai kumpulan dari beberapa pegunungan. Diantaranya ada yang gunung berapi yang masih aktif dan ada juga yang sudah non aktif lagi. Gugusan pulau yang membentang dari sabang sampai marauke terdapat puluhan Gunung - gunung. dan juga salah satu gunung di Indonesia merupakan salah satu gunung tertinggi di dunia. untuk lebih jelasnya, berikut adalah daftar nama - nama gunung yang ada di Indonesia beserta dengan ketinggian gunung dan daerahnya :
A
- Gunung Agung (3.142 m), di Pulau Bali
- Gunung Argopuro (3.088 m), di Jawa Timur
- Gunung Arjuno (3.339 m), di Jawa Timur
B
- Gunung Bandahara (3.030 m), di NAD
- Gunung Batur (1.717 m), di Bali
- Gunung Batusibela (2.111 m), di Maluku Utara
- Gunung Bawakaraeng (2.705 m), di Sulawesi selatan
- Gunung Boliyohuto (2049 m), Kab.Gorontalo
- Gunung Bromo (2.392 m), di Jawa Timur
C
- Gunung Cikurai (2.818 m), di Jawa Barat
- Gunung Ciremai (3.078 m), di Jawa Barat
D
- Gunung Dempo (3.159 m), di Sumatera Selatan
G
- Gunung Galunggung (2.167 m), di Jawa Barat
- Gunung Gamalama (1.715 m), di Ternate Ma-lut
- Gunung Gede (2.958 m), di Jawa Barat
H
- Gunung Halimun (1.925), di Bogor
I
J
K
- Gunung Kabaena, di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara
- Gunung Karangetang (1,827 m, Puncak Selatan), di Sulawesi Utara
- Gunung Kelud (1.350 m), di Jawa Timur
- Gunung Kerinci (3.805 m), di Jambi
- Gunung Krakatau, di Selat Sunda
L
- Gunung Lawu (3.245 m), di Jawa Timur
- Gunung Leuser (3.404 m), di NAD
- Gunung Lokon (1.689 m), di sulawesi Utara
M
- Gunung Marapi (2.891 m), di Sumatera Barat
- Gunung Mekongga, di Sulawesi Tenggara
- Gunung Merapi (2.911 m), di Jawa Tengah
- Gunung Merbabu (3.145 m), di Jawa Tengah
P
- Gunung Pangrango (3.019 m), di Jawa Barat
- Gunung Papandayan (2.665 m), di Jawa Barat
- Gunung Penanggungan (1.653 m), di Jawa Timur
R
- Gunung Rajabasa 1.281 m), di Lampung
- Gunung Raung (3.332 m), di Jawa Timur
- Gunung Rinjani (3.726 m), di NTB
S
- Gunung Salak (2.211 m), di Jawa Barat
- Gunung Semeru (3.676m), di Jawa Timur
- Gunung Sibayak (2.212 m), di Sumatera Utara
- Gunung Sinabung (2.475 m), di Sumatera Utara
- Gunung Sindoro (3.150 m), di Jawa tengah
- Gunung Slamet (3.432 m), di Jawa Tengah
- Gunung Sumbing (3.336 m), di Jawa Tengah
- Gunung Soputan (1.784 m), di Sulawesi Utara
T
- Gunung Talamau (2.913 m), di Sumatera Barat
- Gunung Talang (2,597 m), di Sumatera Barat
- Gunung Tambora, di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
- Gunung Tangkuban Parahu (2.084 m), di Jawa Barat
- Gunung Puncak Trikora (4,730 m), Irian Jaya
W
- Gunung Welirang (3.156 m), di Jawa Timur
- Gunung Wilis (2.552 m), di Jawa Timur
Kalimat Pasif & Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah Kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan atau melakukan perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai pelaku.
Helsa Situmorang membaca buku. (Helsa sebagai pelaku)
2. Predikatnya berawalan me- atau ber-.
3. Predikatnya tergolong kata kerja aus.
1. Subjeknya sebagai pelaku.
Helsa Situmorang membaca buku. (Helsa sebagai pelaku)
2. Predikatnya berawalan me- atau ber-.
3. Predikatnya tergolong kata kerja aus.
Contoh :
1. Adik membaca buku.
2. Tatang bermain bola.
3. Yuli mandi di kolam renang.
4. Wawan telah membeli buku gambar.
1. Adik membaca buku.
2. Tatang bermain bola.
3. Yuli mandi di kolam renang.
4. Wawan telah membeli buku gambar.
Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau dikenai perbuatan.
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai penderita.
2. Predikatnya berawalan di-, ter-, atau ,ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata
kerja yang kehilangan awalan).
Ciri-ciri :
1. Subjeknya sebagai penderita.
2. Predikatnya berawalan di-, ter-, atau ,ter-kan.
3. Predikatnya berupa predikat persona (kata ganti orang, disusul oleh kata
kerja yang kehilangan awalan).
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek akan menjadi Objek
2. Predikat berimbuhan me – ~ di-
3. Bila subjeknya berupa kata ganti orang pada kalimat aktif maka predikat pada kalimat aktif tidak menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat tanpa imbuhan.
1. Subjek akan menjadi Objek
2. Predikat berimbuhan me – ~ di-
3. Bila subjeknya berupa kata ganti orang pada kalimat aktif maka predikat pada kalimat aktif tidak menggunakan awalan di-. Kata ganti orang tersebut diletakkan sebelum predikat tanpa imbuhan.
Contoh :
1. Andi membaca novel di kamar. (Kalimat aktif)
S P O K
1. Andi membaca novel di kamar. (Kalimat aktif)
S P O K
Novel dibaca Andi di kamar. (kalimat pasif)
S P O K
2. Saya menulis cerita di teras rumah. (aktif)
S P O K
2. Saya menulis cerita di teras rumah. (aktif)
S P O K (kalimat aktif dengan subyek kata ganti orang )
Cerita saya tulis di teras rumah. (pasif)
S O P K (kalimat pasif kata kerja imbuhan di hilangkan)
Saya sudah membeli buku itu. (aktif)
Buku itu sudah kubeli. (pasif)
Saya sudah membeli buku itu. (aktif)
Buku itu sudah kubeli. (pasif)
Definisi Paragraf Deduktif dan contohnya
Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah mematikan komputer langsung dari stop kontak, stabilizer apalagi mencabut langsung kabel power komputer anda, karena kebiasaan tadi bisa merusak komputer baik dari segi Hardware maupun Software. Efek terhadap hardware komputer seperti harddrive rusak pada sektor-sektor tertentu atau bad sector akibat listrik mati mendadak, lalu efek terhadap software seperti hilangnya data atau rusak akibat kebiasaan tadi. Maka untuk mencegah hal itu terjadi baiknya selalu gunakan fitur “shutdown’ pada Komputer anda. Itulah tips mematikan komputer yang benar, agar tidak merusak perangkat keras/lunak komputer.
Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional
Paragraf Deduktif-Induktif
Kalimat Utamanya terdapat pada awal paragraph, dan akhir paragraf
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.
Pengertian Pantun
Pantun merupakan wujud puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua ( pola ab-ab ), serta umumnya, setiap baris terdiri atas empat pengucapan. dua baris pertama dimaksud sampiran ( pembayang ), namun dua baris selanjutnya dimaksud isi pantun. ada dua pendapat perihal interaksi pada sampiran serta isi pantun. pendapat pertama dikemukakan oleh h. c. klinkert pada th. 1868 yang sebutkan bahwa, pada sampiran serta isi ada interaksi arti. pendapat ini dipertegas kembali oleh pijnappel pada th. 1883 yang menyebutkan bahwa, interaksi pada keduanya bukan sekedar di dalam tataran arti, namun juga bunyi.
Dapat dikatakan misalnya sampiran sebetulnya berkhayal isi pantun. pendapat ini dibantah oleh van ophuysen yag menyebutkan bahwa, percuma melacak interaksi pada sampiran serta isi pantun. menurut dia, yang nampak pertama kali dibenak seseorang merupakan isi, baru lantas dicari cerita lucu sampirannya biar bersajak. di dalam perubahannya, hooykas lantas menggabungkan dua pendapat ini atakan bahwa, pada pantun yang baik, ada interaksi arti tersembunyi di dalam sampiran, namun pada pantun yang kurang baik, interaksi tersebut cuman cuma untuk kepentingan persamaan bunyi.
Pendapat hooykas ini searah dengan pendapat dr. ( hc ) tenas effendy yang menyebut pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna/penuh, serta pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun gak penuh/tak prima. gara-gara sampiran serta isi saling mempunyai kandungan arti yang di dalam ( di isi ), maka lantas dikatakan, “sampiran mampu jadi isi, serta isi mampu jadi sampiran. ”
Di dalam kehidupan penduduk melayu sehari-hari,
pantun jenaka ialah tipe sastra lisan yang amat popular. pemakaiannya nyaris merata di tiap tiap kelompok umur : tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dst. di dalam prkatiknya, pantun ini diklasifikasi ke di dalam lebih dari satu tipe yakni : pantun nasihat, pantun berkasih sayang, pantun keadaan hati, pantun pembangkit dorongan, pantun kerendahan hati, pantun pujian, pantun teka-teki, pantun pada wanita, serta pantun jenaka.
Pantun juga memiliki fungsi sebagai wujud hubungan yang saling berbalas, baik itu dikerjakan pada keadaan resmi atau informal. pantun pada penduduk melayu mengalir menurut tema apa yang sedang diperbincangkan. saat seseorang mulai berikan pantun, maka kawan yang lain berbalas dengan terus memelihara tali percakapan. di dalam hubungan pantun berbalas ini berlatar belakang pada keadaan resmi atau keadaan informal. pada keadaan resmi semisal saat meminang atau juga buka sesuatu pidato, namun pada keadaan informal layaknya percakapan antar kawan sebaya.
Pantun lucu merupakan genre sastra tradisional yang amat dinamis, gara-gara mampu diperlukan pada keadaan apa pun. sebagaimana dikatakan bahwa :
“di mana orang berkampung disana pantun bersambung. dimana ada nikah kawin disana pantun dijalin. dimana orang berunding di sana pantun bergandeng. di mana orang bermufakat di sana pantun diangkat. dimana ada rutinitas di sebut, di sana pantun diulang. dimana rutinitas di kaji di sana pantun dilepas”.
# Pantun
merupakan jenis puisi lama yang terdiri atas 4 baris, memiliki rima (persamaan bunyi) dengan baris pertama dan edua merupakan sampiran dan baris ketiga dan ke empat merupakan isi
Contoh:
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
(Roro Mendut, 1968)
merupakan jenis puisi lama yang terdiri atas 4 baris, memiliki rima (persamaan bunyi) dengan baris pertama dan edua merupakan sampiran dan baris ketiga dan ke empat merupakan isi
Contoh:
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
(Roro Mendut, 1968)
Pengertian Frasa, Jenis dan Macam Frasa
Pengertian Frasa - "Frasa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) frasa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu? Apakah teman teman tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca arikel " Frasa "ini.
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Dua orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
Demikian artikel "Definisi, jenis & macam Frasa" ini saya susun teman teman. semoga apa yang telah kita pelajari beberapa saat yang lalu dapat bermanfaat untuk kita semua.
Artikel ini saya ambil dari Buku Bahasa Indonesia ( BSE ) " Terampil Berbahasa Indonesia 2 " karangan Gunawan Budi Santoso, Wendi Widya R.D, Uti Darmawati.
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
Demikian artikel "Definisi, jenis & macam Frasa" ini saya susun teman teman. semoga apa yang telah kita pelajari beberapa saat yang lalu dapat bermanfaat untuk kita semua.
Artikel ini saya ambil dari Buku Bahasa Indonesia ( BSE ) " Terampil Berbahasa Indonesia 2 " karangan Gunawan Budi Santoso, Wendi Widya R.D, Uti Darmawati.
Langganan:
Postingan (Atom)